Lebih Luas dari Lautan

Kita baru bisa mengukur dan merasakan seberapa besar kasih sayang orang tua terhadap kita, ketika kita benar-benar menjadi seorang ayah atau ibu dari anak-anak kita.

Kita baru bisa mengukur dan merasakan seberapa besar pengorbanan yang mereka lakukan untuk kita, ketika kita harus selalu berbagi waktu untuk membesarkan anak-anak kita.

Kita baru bisa mengukur dan merasakan seberapa besar kebahagiaan orang tua kita, ketika kita benar-benar menjadi seorang ayah atau ibu yang setiap saat tahu kapan anak kita mulai bisa tersenyum, mulai bisa merangkak, mulai bisa melapalkan kata-kata meski belum jelas terdengar apa maksudnya.

Sungguh luar biasa! Terkadang kita sering lupa siapa sesungguhnya tokoh yang paling hebat di dunia ini. Kita sering kali terpedaya dengan mengatakan bahwa orang terhebat di dunia ini adalah mereka yang mampu menembus bulan seperti Amstrong atau Enstein yang jenius. Padahal tidak secuilpun peran mereka dalam membesarkan kita. Dari tidak bisa apa-apa hingga kita mampu melakukan sendiri apa yang kita inginkan.

Namun ironi hari ini, jiwa kita sering kali terpedaya. Tidak sedikit dari kita yang masih meperlakukan ayah-ibu kita layaknya seorang pembantu. Tidak sedikit dari kita yang lebih tenang hidup jauh dari orang tua. Tidak sedikit dari kita yang menganggap ayah dan ibu sebagai seseorang yang tidak lebih pintar dan tahu dari kita, sehingga kita sering mengabaikan petuah-petuahnya.

Hari ini kita mengharapakan jiwa-jiwa yang besar karena sikapnya yang mau menyadari bahwa kita belum apa-apa dibandingkan mereka. Pengorbanan mereka lebih besar dari luasnya lautan. Tidak akan pernah terukur kecuali kita mau menjadi bagian dari dunia yang telah mereka mersembahkan untuk kita.

Ada cerita yang begitu mengguncang dan menggelisahkan hati kita. Ketika akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh ramalan yang mengatakan bahwa kiamat akan tiba di tahun 2012. Entah apa penyebabnya, kita begitu terbius oleh isu yang tidak pernah akan ada seorang pun yang mampu mengetahuinya dengan pasti. Namun saya begitu terperanjat ketika kembali memikirkan tentang makna seorang ayah dan ibu. Saya teringat sebuah sabda bahwa salahsatu tanda kiamat itu kian dekat adalah ketika seorang ibu melahirkan “majikannnya”. Ya, ketika seorang ibu melahirkan anaknya yang ketika besar mereka menjalimi orang tuanya. Semua itu kini kian kentara. Layaknya sebuah cerita sinetron, tidak sedikit dari kita yang tidak mau mengakui mereka sebagai orang tua. Tidak sedikit orang tua yang harus meregang nyawa di tangan anak sendiri.

Apa lagi yang ingin kita sangsikan tentang perilaku kita terhadap mereka yang sering kita abaikan. Kini kita menunggu saatnya tiba. Hal baik apa yang telah anda lakukan untuk mereka?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Partai Islam Yes! Partai Islam No!

Bandung dan Hilangnya Pesona Parijs van Java

SOMEAH HADE KA SEMAH