Bandung dan Hilangnya Pesona Parijs van Java

“Di mana bumi dipijak, di situ sampah diinjak.” Inilah sebuah ungkapan yang pas untuk menggambarkan kondisi kota Bandung saat ini. Bandung berubah menjadi lautan sampah, di setiap sudut jalan sampah berkeliaran dengan baunya yang menyergap. Bandung berubah menjadi kota yang layu, Parijs van Java pun kehilangan pesonanya.

Kota Bandung yang katanya heurin ku tangtung, padat penduduk, telah berubah menjadi heurin kusampah. Selain itu, Bandung menjadi pusat migrasi penduduk secara besar-besaran, karena di sinilah pusat segala kegiatan. Pusat pemerintahan provinsi, pusat pendidikan, dan pusat perekonomian. Maka berbagai persoalan datang bermunculan, kota pun menjadi semrawut. Kemacetan terjadi hampir di setiap sudut kota. Bandung tak ubahnya sebuah balon yang ditiup melewati batas toleransinya, sehingga tak heran kalau ada yang khawatir, kota ini sewaktu-waktu bakal meledak. Perumpamaan inilah yang banyak diungkapkan warga masyarakat, termasuk oleh para jurnalis yang sering meliput kondisi kota Bandung.

Kini, kita tidak lagi menyaksikan dan merasakan Bandung yang hijau dan sejuk dengan berbagai bangunan bersejarah yang menghiasi kota. Kini, yang tersisa hanyalah cerita seperti sebuah legenda. Bandung yang kini ada adalah kota lautan sampah, kota banjir, dan kota kenang-kenangan. Kenang-kenangan Parijs van Java yang kini telah tiada.
Masalah sampah yang ada di kota Bandung telah berubah menjadi persoalan yang rumit. Ketika TPA Leuwi Gajah ditutup karena telah terjadi bencana, masyarakat Bandung tidak lagi memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai. Hal inilah yang akhirnya menjadikan Bandung lautan sampah. Hampir di setiap pasar terdapat gunungan sampah dengan baunya yang menyengat. Bukan hanya itu, trotoar jalan akhirnya disulap menjadi tempat pembuangan sampah sementara. Mengapa semua ini bisa terjadi? Apa yang salah dengan pengelolaan sampah?

Paradigma Berpikir yang Keliru
Ada paradigma berpikir dari masyarakat dan pemerintah kita yang keliru. Selama ini kita sering mendengar atau melihat slogan yang menyerukan buanglah sampah pada tempatnya. Dari sinilah kita bisa melihat dengan jernih. Tidak sedikit masyarakat yang memasang slogan tersebut, namun tidak sedikit pula orang yang membuang sampah sembarangkan. Persoalannya sangat sederhana, semua ini disebabkan oleh lemahnya kesadaran dan kerja nyata dari masyarakat. Slogan hanyalah nyanyian sunyi di malam hari, slogan adalah pelipur lara orang yang sedang berduka. Pernahkah kita melihat bahwa ketika ada tulisan buanglah sampah pada tempatnya, di sana sudah tersedia tempat sampah lengkap dengan keterangannya. Mana tepat sampah organik dan mana tempat sampah anorganik.
Itulah salah satu contoh kecil mengapa sampah terdapat di mana-mana. Orang sering kebingungan untuk membuang sampah, dibuang pada tempatnya, jelas-jelas tidak ada. Akhirnya ia biarkan begitu saja. Sangatlah jarang ada orang sehabis makan kemudian ia mau membawa-bawa sampah sisa makanannya dalam tas, apalagi dalam sakunya.
Mental masyarakat yang buruk sering kali menjadi menyebab lainnya. Kita sering menganggap bahwa kebersihan lingkungan adalah kebutuhan nomor sekian dari sekian kebutuhan yang ada. Kebersihan bahkan sama sekali dianggap bukan bagian dari kebutuhan. Kita sering disibukkan dengan urusan naiknya BBM, naiknya listrik, sembako yang harganya selangit, dan tingginya biaya sekolah, maka sangat wajar apabila kebersihan lingkungan tidak masuk dalam daftar kebutuhan. Kita baru menyadarinya ketika secara tiba-tiba gunungan sampah berubah jadi bencana longsor, banjir, dan penyebab bencana lainnya.
Harapan untuk menjadikan Bandung yang berhiber (bersih, hijau dan berbunga), hanyalah bermakna Bandung yang hiber (terbang). Semua harapan itu hilang, terbang disapu sebuah kenyataan yang mencengangkan, ketika puluhan nyawa melayang secara tiba-tiba akibat tertimbun sampah, ketika kita harus berpaling muka sambil menutup hidung akibat bau sampah yang menyengat. Berbagai penyakit begitu mudahnya menjangkiti masyarakat, mulai dari sars, flu burung, dan demam berdarah, semua ini bukan tidak mungkin disebabkan oleh buruknya pengelolaan kebersihan lingkungan kita.

Sebelum Terlambat
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan Tuhan. Namun di balik kesempurnaan itu kadang manusia berlaku semuanya. Padahal Tuhan menciptakan manusia bukan untuk kesia-siaan. Artinya, tubuh ini adalah satu di antara sejumlah nikmat yang harus diarahkan untuk melakukan perbuatan yang bernilai ibadah. Dan lingkungan ini juga diciptakan oleh Tuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia.
Solusi untuk mengatasi masalah sampah seperti yang terjadi di Bandung, yaitu harus dibangun kerja sama yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat. Selama ini masyarakat lebih banyak menuntut pemerintah agar menyelesaikan masalah sampah, padahal sampah sendiri bersumber dari masyarakat.
Pemerintah seharusnya membuat peraturan yang mewajibkan semua warga yang berjualan di pinggir jalan untuk menyediakan tepat sampah. Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang memperhatikan lingkungan sekitarnya. Mereka kadang tanpa merasa berdosa membuang sampah begitu saja di pinggir jalan.
Secara swadaya, masyarakat juga harus membangun tempat pembuangan sampah sementara dengan sistem pemilahan sampah yang benar, seperti memilah sampah kering atau basah, sampah organik atau anorganik. Tempat pembuangan ini minimal di bangun di setiap RT.
Di pasar-pasar juga harus di bangun tempat sampah yang memadai. Yang terjadi selama ini justru terbalik, pedagang di pasar terus bertambah, sedangkan tempat pembuangan sampah nyaris tidak ada, maka tidak heran apabila satu hari saja tidak ada petugas yang mengangkut sampah, pasar pun berubah jadi lautan sampah. Jadi, tempat sampah menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap pengelola dan pengguna pasar.
Pemerintah juga harus mencari teknologi alternatif untuk mendaur ulang sampah yang ada. Dengan harapan, langkah ini akan membantu pemerintah dalam menuntaskan masalah sedikitnya lokasi pembuangan sampah. Dengan sistem ini juga, sampah yang sudah terbuang bisa dimanfaatkan kembali oleh kita. Masyarakat yang menganggur akan terbantu dalam mendapatkan pekerjaan. Inilah satu sistem pengelolaan sampah terpadu yang akan melahirkan multi manfaat bagi masyarakat.
Dengan langkah inilah semoga Bandung yang dulunya menyisakan pesona Parijs van Java tidak terus layu. Semoga kita mau membuka hati nurani ini, menumbuhkan kesadaran dan merealisasikannya dalam kerja nyata. Kita tidak meninggalkan warisan bernama sampah pada anak cucu kita. Tidak meninggalkan kenangan-kenangan yang memilukan hati dan memekik jiwa di kemudian hari pada generasi kita. Kenang-kenangan tentang bencana banjir, longsor gunungan sampah yang merenggut jiwa dan harta benda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Partai Islam Yes! Partai Islam No!

SOMEAH HADE KA SEMAH