Mencari Pemimpi(N) Sejati


“Kalau tiap hari presiden sebagai pemimpin tertinggi di negeri ini selalu mengeluh tentang berbagai kritik yang ditujukan padanya lantas kepada siapa rakyat ini mengeluh?” *


Saya sebagai orang awam tiap hari menyaksikan hiruk-pikuk dunia politik negeri ini. Ya, di saat tiap hari kita disuguhi berita tentang orang tua yang menelantarkan anaknya yang masih balita karena harus pergi bekerja untuk membayar kontrakan yang nunggak tiga bulan. Atau berita tentang Bilqis yang harus menjalani operasi dengan memakan biaya begitu besar, sedangkan orang tuanya tidak mampu untuk mengobatinya. Atau berita tentang penggusuran yang ricuh setiap hari warawiri di televisi. Atau juga berita tentang vonis pengadilan bagi rakyat-rakyat jelata, pemulung kapuk, pencuri pisang dan semangka.


Di bagian lain, saya miris menyaksikan pemimpin negeri ini hampir tiap hari mengeluh atau sibuk mengurusi kerbau yang dianggapnya sudah merusak citra dan harga dirinya. Padahal dahulu saat kampanye selalu umbar janji. Mereka bak seorang super man yang bisa menyelesaikan seabrek masalah di negeri ini. Kini mereka mempertontonkan sikap pengecut dan berlaku seperti orang tak berdaya. Di sisi lain sederet kebijakan justru malah mencabik-cabik hati nurani rakyat ini. Mulai dari penyediaan kendaraan mewah untuk para menteri yang harganya miliaran. Serta rencana pembelian pesawat kepresidenan yang harganya tak kalah spektakuler. Atau rencana kenaikan gaji menteri dan presiden yang selalu dicari alasan pembenarannya dengan cara bersembunyi dibalik besarnya gaji direktur-direktur BUMN.


Hati dan perasaan kita diaduk-aduk, dicabik-cabik dengan kenyataan antara yang mengetuk nurani dengan yang menggores hati. Padahal kalau kita mau belajar, tengoklah sederet pelajaran dari negeri seberang. Di Jerman yang negaranya maju dan rakyatnya makmur. Para pejabatnya sungguh luar biasa. Luar biasa karena mereka tidak pernah merengek-rengek minta fasilitas dan tunjangan dari Negara. Di sana para pejabat setingkat menteri pun tidak ada yang diberi kendaraan dinas kecuali menteri kesehatan. Tiap hari mereka pergi ke kantor naik kereta atau bis kota. Atau kalau kurang bukti, tengoklah negara super maju seperti Jepang. Di sana tidak ada pejabatnya yang mendapat fasilitas kendaraan dinas dengan harga di atas 350 juta. Barangkali tak perlu jauh-jauh juga, di negeri tetangga Singapura, menteri senior Lee Kuan Yew selalu menggunakan pesawat dengan kelas ekonomi.


Saya menyaksikan semua ini sebagai sebuah tontonan drama atau panggung sandiwara dan kita hanya berlaku sebagai penontonnya. Saya berharap semua ini hanya akan ada di negeri dongeng atau saya berharap semua ini hanya terjadi dalam mimpi sehingga ketika terjaga semua ini benar-benar tidak terjadi. Saya berharap mereka yang memimpin negeri ini menjadi pemimpin-pemimpin sejati bukan menjadi pemimpin yang sedang bermimpi untuk menjadi raja kaum proletar. Pemimpin sejati yang malu ketika dia kenyang namun banyak rakyatnya yang kelaparan, pemimpin yang malu kalau tahu banyak rakyatnya yang berteduh di bawah kolong jembatan, di gubuk-gubuk tua yang apabila hujan tiba mereka kehujanan. Pemimpin yang merasa sakit jika melihat rakyatnya menderita karena tak mampu berobat.


Pemimpin sejati itu tidak dilahirkan dari kekuasaan hasil meminta-minta. Pemimpin sejati itu tidak dilahirkan dari membangun citra diri yang selalu bersolek layaknya pemain drama. Pemimpin sejati itu lahir dari kerja yang berhiaskan keringat dan air mata. Seorang pemimpin sejati yang ikhlas mengabdi tidak pernah meminta balas jasa untuk dikenang, untuk diingat-ingat kemudian dipilih, diagung-agungkan atau sekedar di tulis namanya di gang-gang dan jalan-jalan. Seorang pemimpin sejati siap mengabdi kapan pun dan di manapun. Ia tidak pernah bertanya berapa banyak orang yang mendukungnya. Ia tidak pernah berhenti bekerja meski sejuta orang mencaci dan mencela. Saya berharap negeri ini terbebas dari pemimpin yang tiap hari hanya bisa bermimpi dan bermimpi...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Partai Islam Yes! Partai Islam No!

Bandung dan Hilangnya Pesona Parijs van Java

SOMEAH HADE KA SEMAH